Perfect World Online Spear Thingy Welcome to my blog: April 2018
assalamualaikum

Jumat, 27 April 2018

Cerita Legenda Melayu

1. Batu belah batu betangkup

 Pada zaman dahulu, di sebuah dusun di Indragiri Hilir hiduplah seorang janda bernama Mak Minah dengan ketiga orang anaknya. Anak yang pertama bernama Diang, seorang wanita. Sementara dua orang yang lain adalah laki-laki yang masing-masing bernama Utuh dan Ucin. Untuk memenuhi kebutuhan hidup ketiga anaknya, MakMinah harus selalu bekerja. Pekerjaan Mak Minah adalah berjualan kayu bakar ke pasar.
Ads
Ketiga anak Mak Minah sangat nakal. Mereka tidak mau mendengarkan nasihat Mak Minah. Ketiganya kerap membantah perintah dari ibunya. Mereka hanya suka bermain-main saja, bahkan hingga larut malam. Mak Minah sering merasa sedih dengan kelakukan anak-anaknya. Ia sering mendoakan anak-anaknya agar sadar dan mau menghormati orang tuanya.Pada keesokan harinya Mak Minah menyiapkan banyak makanan untuk anak-anaknya. Setelah itu ia pergi ke sungai dan mendekati sebuah batu sambil berbicara. Batu tersebut juga bisa membuka lalu menutup kembali, layaknya seekor kerang. Orang-orang sering menyebutnya dengan batu betangkup.“Wahai Batu Batangkup, telanlah saya. Saya tak sanggup lagi hidup dengan ketiga anak saya yang tidak pernah menghormati orang tuanya,” kata Mak Minah.Batu betangkup pun kemudian menelan tubuh Mak Minah, hingga yang tertinggal dari tubuh Mak Minah sebagian rambutnya saja.Menjelang sore hari, ketiga anaknya mulai merasa heran. Mereka sejak pagi tidak menjumpai emak mereka. Akan tetapi karena makanan yang ada cukup banyak, mereka akhirnya cuma makan lalu bermain-main kembali. Setelah hari kedua, makanan pun mulai habis. Anak-anak Mak Minah mulai kebingungan dan merasa lapar. Sampai malam mereka kebingungan mencari emaknya. Barulah pada keesokan harinya setelah mereka pergi ke tepi sungai, mereka menemukan ujung rambut Mak Minah yang terurai ditelan batu betangkup.“Wahai Batu Batangkup, kami membutuhkan emak kami. Tolong keluarkan emak kami dari perutmu,” ratap mereka.“Tidak!!! Kalian hanya membutuhkan emak saat kalian lapar. Kalian tidak pernah menyayangi dan menghormati emak,” jawab Batu Batangkup. Mereka terus meratap dan menangis.“Kami berjanji akan membantu, menyayangi dan menghormati emak,” janji mereka. Akhirnya batu betangkup pun mengabulkan ratapan ketiga anak Mak Minah. Mak Minah dikeluarkan dari tangkupan batu betangkup. Mereka pun menjadi rajin membantu emak dan menyayangi Mak Minah. Akan tetapi, hal tersebut ternyata tidak bertahan lama. Beberapa waktu kemudian mereka berubah sifat kembali seperti semula. Suka bermain-main dan malas membantu orang tua.Mak Minah pun kembali sedih. Ia lalu mengunjungi lalu batu betangkup di tepi sungai. Ia kemudian ditelan lagi oleh batu betangkup tersebut. Anak-anak Mak Minah masih terus sibuk bermain-main. Menjelang sore hari, barulah mereka sadar bahwa emak mereka tak ada lagi. Mereka pun kembali mengunjungi batu betangkup di tepi sungai sambil meratap meminta agar emak mereka dikeluarkan oleh batu betangkup. Akan tetapi, kali ini batu betangkup sudah marah. Ia lalu berkata “Kalian memang anak nakal. Penyesalan kalian kali ini tidak ada gunanya,” kata batu batangkup sambil menelan mereka. Batu batangkup pun masuk ke dalam tanah dan sampai sekarang tidak pernah muncul kembali.Cerita Rakyat Melayu Riau: Batu Belah Batu Betangkup ini berasal Indragiri Hilir yang memberikan pelajaran kepada anak-anak khususnya, dan semua orang pada umumnya agar bisa bersikap baik terhadap orang tua. Rajin membantu, menyayangi dan tidak membantah perintah kedua orang tua. Cerita ini memiliki nilai pesan moral yang cukup baik untuk anak-anak dan semua orang.

2. Pak Ande bertemu gergasi

 Pak Ande adalah seorang suami yang bodoh memiliki anak bernama Ande. Dia tidak memiliki perkerjaan. Istrinya sangat risau melihatnya dan berusaha mencari pekerjaan untuk suaminya.

Pada suatu hari, Pak Ande ditawari pekerjaan di sebuah kapal. Kapal itu sekali seminggu akan singgah di kampong Pak Ande.
 


Pak Ande sebetulnya tidak begitu berminat, tetapi istrinya yang sangat mendesak. Pak Ande terpaksa menyatakan setuju. Setelah bersiap-siap dan dibekali makanan atau kue-kue, pagi-pagi berangkatlah Pak Ande dari rumah menuju pelabuhan.

Setelah tak tampak lagi sosok tubuh Pak Ande ketika memasuki tikungan, Mak Ande dan anaknya melanjutkan tidurnya karena hari masih pagi.

Rupanya Pak Ande tidak jadi ke pelabuhan dan balik lagi ke rumah. Dia berjalan mengendap-endap dan menaiki para rumahnya. Selama tujuh hari dia berada di para itu dan kue-kuenya yang dibekali istrinya itulah yang dimakannya selama tujuh hari. Dia atas para itu pulalah Pak Ande tidur pada malam harinya. Pada waktu tidur itulah tikus-tikus mendatangi Pak Ande karena bau kue yang tersisa di bibir Pak Ande.Tikus-tikus itu menggigit bibir Pak Ande sedikit demi sedikit sehinggalah habis bibir Pak Ande. Pak Ande sebetulnya sangat kesakitan, akan tetapi dia tak berani menjerit karena takut pada istrinya.Sebetulnya, dia ingin sekali memukul tikus-tikus itu, tetapi dia takut terdengar istrinya pula. Akhirnya dia rela kehilangan bibirnya.

Karena sudah seminggu, kapal yang berlayar kembali lagi ke kampong Pak Ande. Mak Ande bersiap-siap menyambut Pak Ande sambil membersihkan seluruh rumah, termasuk para dapur.
Ketika menarik kain di atas para itulah, tampak Pak Ande yang sedang bersembunyi. Wajahnya hitam karena asap dapur. Dengan muka pucat ketakutan, Pak Ande turun. Istrinya sangat marah karena ditipu, tetapi anaknya ketakutan melihat wajah Pak Ande yang tidak berbibir. Karena sangar marah, Mak Ande dan anaknya pergi dari rumah, tetapi disusul Pak Ande dari kejauhan.

Karena perjalanan jauh, Mak Ande merasa haus dan berniat ingin memanjat pohon kelapa, tetapi tidak dapat memanjat. Pada waktu itulah Mak Ande terpaksa memanggil Pak Ande yang mengikutinya dari jauh dan memanjat. Setelah meminum air kelapa, rasa haus belum juga reda.


Sesampainya di hutan, mereka mendengar suara orang makan, tetapi sangat kuat. Setelah diintip, ternyata sepasang gergasi sedang makan. Mereka terpaksa mendiamkan diri karena takut. Akan tetapi anak Pak Ande tidak dapat menahan lapar dan berteriak minta makan. Mendengar teriakan itu, sepasang gergasi keluar dari sarangnya dan mereka sangat marah dan akan memakan Pak Ande sekeluarga. Akan tetapi melihat wajah Pak Ande yang tak ada bibir, sepasang gergasi ketakutan dan lari tunggang-langgang meninggalkan sarang mereka. Setelah gergasi tak kelihatan lagi, barulah Pak Ande sekeluarga berani berdiri dan memeriksa sarang gergasi. Pada saat itulah ditemukan emas dan berlian yang banyak.

Pak Ande mengambil semua emas dan berlian itu dan sejak itulah Pak Ande sekeluarga menjadi kaya, namun bodohnya tetap tidak hilang.


3. Putra lokan


Cerita Rakyat Melayu Riau Putra Lokan merupakan kisah yang terjadi di daerah Bintan Kepulauan Riau. Berikut ini ringkasan cerita rakyat tersebut:

Pada zaman dahulu, di daerah hulu Sungai Bintan, tinggal lah seorang raja yang memerintah sebuah kerajaan dengan sangat adil. Raja memiliki seorang permaisuri, akan tetapi mereka tidak juga dikaruniai seorang anak pun. Raja dan permaisuri sangat sedih, mereka sangat ingin memiliki seorang anak. Suatu ketika raja mengajak permaisuri berjalan di sekitar Sungai Bintan. Tiba-tiba saja pada saat itu permaisuri terjatuh pingsan tanpa diketahui penyebabnya. Raja kemudian menjadi sangat panik. Tabib kerajaan pun dipanggil untuk menyembuhkan sang permaisuri. Akan tetapi di luar dugaan, sang tabib tidak bisa menyembuhkan permaisuri. Alasannya ternyata karena permaisuri sedang hamil alias berbadan dua. Raja sangat senang pada saat itu, dan seluruh rakyat kerajaan pun turut bersuka cita menyambut kelahiran penerus kerajaan.

Saat untuk melahirkan pun tiba. Sang permaisuri pun melahirkan, namun betapa terkejutnya sang raja karena sang permaisuri tidak melahirkan seorang bayi manusia melainkan seekor lokan. Raja sangat malu dan menganggap hal tersebut sebagai aib kerajaan. Raja sangat bingung apa yang akan dilakukan terhadap istri dan anaknya. Pada saat kebingungan tersebut, seorang bendahara kerajaan yang berniat jahat kepada raja pun menyarankan saran yang buruk kepada raja. Ia mengusulkan agar permaisuri dan anaknya dibuang saja ke dalam hutan agar tidak menyebabkan rasa malu bagi raja dan pihak kerajaan. Raja yang pada saat itu masih bingung langsung menyetujui saran dari bendahara kerajaan yang jahat tersebut.

Setibanya di tengah hutan, permaisuri bingung, takut dan sedih. Ia tidak tahu harus pergi kemana. Pada saat itulah ia bertemu dengan seorang nenek bernama Nenek Kebayan. Ia pun tinggal bersama nenek tersebut. Mereka tinggal di sebuah gubuk yang sempit dan kecil di tengah hutan. Setelah 18 tahun kemudian, lokan pun berkembang sesuai dengan usianya. Tiba-tiba di suatu malam pada saat bulan purnam, muncul seorang pemuda yang sangat tampan dari dalam kolam tempat lokan tersebut hidup. Pemuda itu mengaku bahwa dia adalah putra lokan, anak dari permaisuri yang selama 18 tahun ini berada di dalam lokan tersebut. Alangkah gembiranya hati sang permaisuri melihat putranya kini menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan.

Tak lama kemudian, Putra Lokan dan ibunya berangkat menuju kerajaan. Mereka ingin bertemu dengan sang raja dan melihat-lihat suasana kerajaan yang sekarang. Putra Lokan dan ibunya tinggal di pinggiran kota. Putra Lokan menyamar menjadi seorang pedagang keliling agar bisa secara bebas melihat-lihat kondisi istana tanpa dicurigai. Dari hasil penyamaran tersebut, diketahui bahwa ternyata sekarang sang raja tidak memerintah lagi. Ia ditawan oleh bendaharanya yang jahat di sebuah sumur beracun. Putra Lokan menyampaikan hal tersebut kepada ibunya. Mereka pun lalu merancang strategi untuk melakukan penyerangan terhadap bendahara kerajaan.

Setelah merancang strategi yang cukup bagus, Putra Lokan dan ibunya pun melakukan penyerangan terhadap bendahara kerajaan. Berkat usahanya yang gigih tersebut, Putra Lokan dan ibunya pun berhasil membebaskan raja dari sumur beracun. Raja merasa sangat berhutang budi kepada Putra Lokan, ia pun heran dan menanyakan siapa sebenarnya Putra Lokan tersebut.

“Siapakah sebenarnya Engkau wahai anak muda?”

“Aku bukan siapa-siapa. Biarlah nanti ibuku yang akan menjawab siapa diriku sebenarnya. Sebentar lagi ibuku akan datang kemari.” Sahut Putra Lokan. Tak lama kemudian, ibu Putra Lokan pun datang. Raja terkejut melihat wanita yang datang tersebut adalah permaisurinya yang pernah ia buang ke hutan dulu. Akhirnya permaisuri pun menjelaskan siapa sebenarnya pemuda di hadapan sang raja yang sudah menolongnya tersebut. Alangkah bahagianya sang raja.

Ia pun menyesal telah membuat dan mengasingkan anak istrinya ke tengah hutan akibat hasutan dari bendaharanya yang jahat. Raja meminta maaf atas kesalahannya tersebut. Permasuri dan Putra Lokan pun memaafkan kesalahan sang raja. Mereka kemudian kembali hidup bersama dan bahagia.

Cara membuat hiasan didalam botol (lava lamp)


Diatas adalah cara untuk membuat lampu lava (lava lamp)

Cara membuat kuning telur berada di luar



Selamat mencoba:)

Jumat, 13 April 2018

Metamorfosa Kupu - Kupu


Sejarah Pulau Penyengat

              Alkisah, nama pulau Penyengat muncul dalam sejarah Melayu pada awal abad ke-18 ketika meletusnya perang saudara di Kerajaan Johor-Riau yang kemudian melahirkan Kerajaan Siak di daratan Sumatera (masih di Riau). Pulau ini menjadi penting lagi ketika berkobarnya perang Riau (akhir abad ke-18) pimpinan Raja Haji Fisabilillah yang pada tahun 1997 diangkat sebagai pahlawan nasional. Raja Haji menjadikan pulau ini sebagai kubu penting yang dijaga oleh orang-orang asal Siantan, dari kawasan Pulau Tujuh di Laut Cina Selatan.
Cerita rakyat menyebutkan, nama pulau tersebut diambil dari nama binatang yakni penyengat (sebangsa lebah), semula dikenal sebagai tempat orang mengambil air dalam pelayaran di kawasan ini. Konon, suatu kali para saudagar yang mengambil air di situ diserang binatang tersebut. Pihak Belanda sendiri menjuluki pulau itu dengan dua nama yakni Pulau Indera dan Pulau Mars. Kini pulau itu lebih dikenal dengan nama Penyengat Inderasakti.
Pada tahun 1805, Sultan Mahmud menghadiahkan pulau itu kepada istrinya Engku Putri Raja Hamidah, sehingga pulau ini mendapat perhatian yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Perhatian itu semakin mantap dinikmati Penyengat, ketika beberapa tahun kemudian, Yang Dipertuan Muda Jaafar (1806-1832) memindahkan tempat kedudukannya di Ulu Riau (Pulau Bintan) ke Penyengat, sedangkan Sultan Mahmud pindah ke Daik-Lingga.
Dengan pengalamannya sebagai pengusaha timah di Semenanjung Malaya dan selalu berpergian ke berbagai tempat sebelum diangkat menjadi Yang Dipertuan Muda, Raja Jaafar membangun Penyengat dengan cita-rasa pemukiman yang molek. Sejumlah pengamat asing menyebutkan, Penyengat ditata sebaik-baiknya tempat yang terlihat dari penyusunan pemukiman, keberadaan tembok-tembok, saluran air, dan jalan-jalan. Pada gilirannya, Sultan Abdurrahman Muazamsyah, tahun 1900 memindahkan tempat kedudukannya dari Daik ke Penyengat.
Setelah menolak menandatangani politik kontrak dengan Belanda dan melakukan berbagai macam bentuk perlawanan, Sultan Abdurrahman Muazamsyah diturunkan dari tahta oleh penjajah. Tak seorang pun orang Melayu yang bersedia menjadi Sultan setelah itu, Abdurrahman Muazamsyah bahkan mengilhami orang-orang Riau meninggalkan Penyengat menuju Singapura dan Johor tahun 1911. Hanya beberapa ratus orang penduduk dari 6.000 orang penduduk waktu itu yang tinggal di Penyengat setelah peristiwa tersebut.
Dengan demikian, bangunan-bangunan kerajaan terbiarkan, bahkan dijarah. Selentingan dari penduduk terdengar cerita tentang bagaimana di antara para bangsawan mengharapkan agar bangunan-bangunan yang ada hendaklah dirubuhkan daripada diambil oleh Belanda. Tindakan semacam itu tidak mungkin dilakukan terhadap Mesjid Sultan, malahan rumah ibadah ini dipelihara baik sebagaimana mestinya sebuah rumah ibadah.
Sebenarnya, Mesjid Sultan di Pulau Penyengat sebagaimana disebutkan dalam Tuhfat al-Nafis (buku sejarah Melayu) karya Raja Ali Haji, dibangun seiringan dengan dihadiahkannya pulau tersebut kepada Engku Putri Raja Hamidah oleh Sultan Mahmud. Cuma saja, waktu itu, mesjid tersebut terbuat dari kayu. Raja Jaafar yang membangun Penyengat sebagai bandar modern hanya pernah memperlebar mesjid itu karena penduduk Pulau Penyengat semakin banyak.
Dalam buku Mesjid Pulau Penyengat yang disusun Hasan Junus disebutkan, pembangunan mesjid itu secara besar-besaran dilakukan ketika Raja Abdul Rahman memegang jabatan Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga (1832-1844), menggantikan Raja Jaafar. Tak lama setelah memegang jabatan itu yaitu pada tanggal 1 Syawal tahun 1284 H (1832 M) atau 165 tahun yang lalu, setelah usai shalat Ied, ia menyeru masyarakat untuk ber-fisabilillah atau beramal di jalan Allah.
Caranya adalah dengan membangun mesjid di atas tapak mesjid yang lama. Suatu mesjid yang dapat meninggalkan zaman yaitu dapat digunakan mulai saat dibina sampai kepada anak cucu mendatang. Seruan ber-fisabilillah itu sangat kuat bergaung, setelah seruan serupa dikumandangkan dalam perang Riau, sehingga berduyun-duyunlah masyarakat datang dari berbagai tempat untuk bergotong-royong. Khusus pada sepekan pertama, para lelaki selain penjaga malam, dilarang keluar rumah agar siangnya dapat menyumbangkan tenaganya untuk mesjid. Akhirnya, pembuatan fondasi mesjid selesai dikerjakan selama tiga pekan.
Tidak saja tenaga, mereka juga menyumbangkan makanan seperti beras, sagu, dan lauk-pauk termasuk telur ayam. Makanan itu berlimpah-ruah, bahkan konon putih telur sampai tidak habis dimakan. Atas saran tukang pada bangunan induk mesjid, putih telur itu akhirnya dicampur dengan semen untuk perekat batu. Itulah sebabnya mengapa banyak masyarakat menyebutkan bahwa mesjid tersebut dibuat dari telur.
Kini kawasan mesjid itu berukuran 54,4 x 32,2 meter. Bangunan induknya adalah 29,3 x 19,5 meter, disangga oleh empat tiang. Lantai bangunannya dibuat dari batu bata tanah liat. Di halaman mesjid, terdapat dua buah rumah sotoh yang diperuntukkan bagi musafir dan tempat musyawarah. Selain itu terdapat juga dua balai, tempat orang biasanya menghidangkan makanan ketika kenduri dan untuk berbuka puasa yang disediakan pengurus mesjid setiap hari seperti juga tahun ini. Khusus bangunan induk, Raja Hamzah Yunus mengatakan, “Tidak ada perubahan semenjak pertama dibangun oleh Raja Abdul Rahman.”
Tak pelak lagi, keberadaannya memang amat lain dibandingkan mesjid semula yang terbuat dari kayu. Seperti dikisahkan dalam Mesjid Pulau Penyengat, semula mesjid itu berlantai batu merah empat persegi, sedangkan dindingnya terbuat dari kayu cengal (Balanocarpus heimii) yang didatangkan dari Selangor (kini masuk Malaysia). Atapnya terbuat dari kayu bekian. Hanya terdapat sebuah menara setinggi 12 hasta, ditambah sebuah kubah berukuran 17 hasta. Mesjid ini diberi pagar hidup dengan pohon-pohonan yang tumbuh merimbun.
Patutlah diakui bahwa bentuk Mesjid Sultan di Penyengat kini sangat unik. Sulit bagi orang untuk menentukan asal arsitekturnya. Ada yang mengatakan, mesjid ini bergaya India berkaitan dengan tukang-tukang dalam membuat bangunan utamanya adalah orang-orang India yang didatangkan dari Singapura. Tetapi yang jelas, arsitektur mesjid merupakan gaya campuran dari berbagai wilayah budaya seperti Arab, India, dan Nusantara. Dalam dua kali pameran mesjid pada Festival Istiqlal di Jakarta (1991-1995) disebutkan bahwa Mesjid Sultan ini merupakan mesjid pertama di Indonesia yang memakai kubah.
Terdapat 13 kubah di mesjid itu yang susunannya bervariasi seperti ada “kelompok” kubah dengan jumlah tiga dan empat kubah. Ditambah dengan empat menara yang masing-masing memiliki ketinggian 18,9 meter, maka dapatlah dijumlahkan bahwa bubung yang dimiliki mesjid tersebut sebanyak 17 buah. Ini diartikan sebagai jumlah rakaat dalam shalat yang harus dilakukan oleh setiap umat Islam dalam sehari semalam yakni subuh (dua rakat), zuhur (empat rakaat), asyar (empat rakat), maghrib (tiga rakaat), dan isya (empat rakaat).
Keunikan di dalam mesjid masih banyak. Paling menarik perhatian adalah terdapatnya mushaf Alquran tulis tangan yang diletakkan dalam peti kaca di depan pintu masuk. Mushaf ini ditulis oleh Abdurrahman Stambul tahun 1867. Ia adalah salah seorang putra Riau yang dikirim Kerajaan Riau-Lingga untuk menuntut ilmu di Istambul, Turki. Disebabkan tempat belajarnya, penulisan mushaf Alquran itu bergaya Istambul yang dikerjakannya sambil mengajar agama Islam di Penyengat.
Alquran tulis tangan lain yang ada di mesjid itu dan tidak diperlihatkan kepada umum, ternyata lebih tua yakni dibuat tahun 1752. Uniknya, di bingkai mushaf yang tidak diketahui penulisnya ini terdapat tafsiran-tafsiran dari ayat-ayat Alquran, bahkan terdapat berbagai terjemahan dalam bahasa Melayu terhadap kata per kata di atas tulisan ayat-ayat tersebut. Ini menunjukkan bahwa di sisi lain, orang-orang Melayu tidak saja menulis ulang mushaf, tetapi juga coba menerjemahkannya.
Tentu saja mushaf tersebut tidak dapat diperlihatkan kepada umum karena sudah amat rusak. Mushaf ini tersimpan bersama 300-an kitab dalam dua lemari di sayap kanan depan mesjid. Kita-kitab tersebut adalah sisa-sisa kitab yang dapat diselamatkan dari perpustakaan Kerajaan Riau-Lingga, Kutub Khanah Marhum Ahmadi, yang tidak terbawa bersama eksodusnya masyarakat Riau awal abad ke-20 ke Singapura dan Johor. Dalam suatu kunjungannya tahun 1970-an, Buya Hamka menilai bahwa buku-buku tersebut merupakan buku-buku penting yang tinggi nilainya dalam Islam.
Benda yang juga cukup menarik perhatian di mesjid ini adalah mimbar yang terbuat dari kayu jati. Sebuah sumber menunjukkan bahwa mimbar ini sengaja ditempah di Jepara, Jawa Tengah, sebanyak dua mimbar. Satu mimbar diletakkan di Mesjid Sultan di Penyengat ini, sedangkan mimbar lain yang berukuran lebih kecil, diletakkan pada mesjid di Daik. Jepara, memang sudah lama dikenal di Riau, bahkan misi dagang Riau yang dipimpin Raja Ahmad, sempat berada di wilayah itu tahun 1826. Di antara anggota misi ini adalah pujangga Raja Ali Haji yang keranda (peti mati) untuknya sempat juga dibuat di Jepara karena ia sakit keras ketika berada di situ.
Hasan Junus mengatakan, di dekat mimbar itu disimpan sepiring pasir yang dikatakan berasal dari Makkah al-Mukarramah, melengkapi benda-benda lain semacam permadani Turki dan lampu kristal. Pasir ini dibawa oleh Raja Ahmad Engku Haji Tua yang dikenal sebagai bangsawan Riau pertama mengerjakan haji tahun 1820-an, hasil perdagangannya di Jawa sampai ke Betawi. Pasir tersebut senantiasa digunakan masyarakat dalam upacara jejak tanah, suatu tradisi menginjak tanah untuk pertama kali bagi kanak-kanak.
penampilan suasana dalam Idul Fitri dan lintasan sejarah yang dikandung Mesjid Sultan itu yang agaknya “mengusik” hati orang luar datang mengerjakan shalat Idul Fitri atau Jumat (lihat: Naksabandiyah dan Berbagai Kegiatan).
Pada gilirannya, kunjungan pendatang dari luar itu merupakan hikmah tersendiri bagi Mesjid Sultan. Ini terbukti banyaknya uang terkumpul dari infak dan sedekah pengunjung. Seorang pejabat Departemen Perhubungan di Jakarta beberapa tahun lalu sempat terkagum-kagum sambil mengatakan bagaimana sebuah mesjid yang berada di desa dengan mata pencaharaian penduduk adalah buruh dan pegawai negeri, memiliki kas di atas Rp 100 juta.
Keterangan terbaru menyebutkan, kas tersebut kini sudah membengkak menjadi Rp 200 juta lebih. Uang inilah yang dikelola untuk berbagai kegiatan seperti pendidikan keagamaan bagi kanak-kanak. Setiap bulan Ramadhan, pengurus menyediakan makanan berbuka puasa bagi 40 orang. Tak ada syarat untuk itu kecuali memang berpuasa dan memerlukannya. Selebihnya, dana tersebut diperlukan untuk memakmurkan mesjid.
Bayangkan saja, untuk memperindah mesjid, baru-baru ini dipasang lampu mewah pada dua menara mesjid seharga Rp 12 juta. Tak pelak lagi, dari Tanjungpinang, menara mesjid itu terlihat bagai mercusuar-seperti menjalani fungsi mercusuar sebenarnya agar orang tidak tersesat berlayar pada malam hari. Menaranya yang terang benderang terlihat seperti dua belah tangan yang mengaminkan doa ke langit, sekaligus mengingatkan orang akan wujud Allah.
Pengurus mesjid pula tampaknya tidak terlalu ortodoks terhadap pengunjung yang setiap hari mengunjunginya dalam angka relatif-dapat mencapai 1.000 orang pada hari Minggu atau pada hari libur. Mereka dipersilakan melihat-lihat keadaan mesjid setiap saat. Tentu saja, kegiatan melihat-lihat itu tidak lepas dari usaha agar tetap mengingatkan diri kepada Allah, sehingga seorang pengunjung tetap dituntut berlaku sopan. Pengunjung lelaki misalnya, tidak diperkenankan naik ke mesjid kalau hanya memakai celana pendek. Selain itu orang tidak dibenarkan mengambil foto di dalam mesjid.
Tak hanya sampai di situ. Fasilitas mesjid dapat digunakan untuk berbagai kegiatan sosial keagamaan. Dua balai yang berada di halaman mesjid, dapat dijadikan tempat diskusi keagamaan dan kebudayaan. Tahun lalu misalnya, pengurus membenarkan pengisi kegiatan Hari Raja Ali Haji mengadakan kegiatan di dalam kompleks mesjid seperti bimbingan penulisan kreatif dan latihan membacakan syair dan Gurindam Duabelas.
Ya, Mesjid Sultan merupakan salah satu dari belasan obyek wisata di Pulau Penyengat sebagai obyek wisata andalan Riau, apalagi dalam saat hari raya seperti sekarang. Tetapi untuk soal agama, Mesjid Sultan tidak bisa ditawar-tawar karena fungsinya tetaplah sebagai rumah ibadah. Mesjid ini seolah-olah hendak mengatakan bahwa pandangan terhadap dunia tidak mungkin ditutup, tetapi pandangan kepada akhirat tetap dibuka selebar-lebarnya

Budidaya Ulat Sutra

Cara Atau Teknik Budidaya Ulat Sutra

Cara atau teknik budidaya ulat sutra dibagi menjadi 5 (lima) tahapan. Tahapan pertama adalah persiapan kandang kemudian disusul dengan bibit, pemberian pakan, siklus hidup dan terakhir adalah proses pemeliharaan.

1. Persiapan Kandang Ulat Sutra

 Dalam hal lokasi pemeliharaan maka perlu dipersiapkan suatu ruangan yang terdiri dari rak-rak didalamnya.
Bedakan antara rak ulat sutra yang muda (kecil) dengan dewasa (besar). Kemudian pastikan bahwa ruangan memiliki ventilasi yang baik. Indikator ventilasi yang baik adalah memiliki jendela.
Namun sebelum ulat sutra dimasukkan ke dalam kandang maka pastikan juga ruangan sudah disterilkan dengan menyemprotkan larutan kaporit atau formalin. Masing-masing dengan kadar 0,5% dan 3%.

2. Bibit Ulat Sutra 

Pilihlah bibit telur ulat sutra yang baik. Pemilihan bibit ini dilakukan 10-12 hari sebelum pemeliharaan dimulai. Dan lakukanlah masa inkubasi terhadap telur ulat sutra agar penetasaan beragam
Masukkan telur ulat sutra tersebut ke dalam kotak yang ditutup dengan kertas putih yang tipis. Setelah itu simpanlah kotak tersebut di ruangan pada suhu 25 oC – 28 oC dengan intensitas kelembaban sebesar 75 % – 80 %.
Pastikanlah bahwa kotak tersebut terhindar dari sinar matahri secara langsung. Apabila pada telur ulat sutra tersebut terlihat bintik biru maka segeralah ganti penutup kain putih dengan kain hitam selama 2 hari.

3. Pemberian Pakan Ulat Sutra 

Adapun dalam pembagian makanan bedakan antara jumlah makanan untuk ulat kecil sama ulat besar. Untuk ulat kecil berikan sekitar 400 kg – 500 kg daun murbei yang tanpa cabang. Dan 1000 kg – 1250 kg untuk ulat besar dengan cabang.

4. Daur Hidup Ulat Sutra 

 Daur hidup ulat sutra dimulai dari telur yang kemudian menetas menjadi ulat kecil dan berkembang menjadi ulat besar. Setelah membentuk ulat besar maka ia akan bermetamorfosis lagi menjadi pupa atau kepompong.
Kepompong ini yang kemudian nantinya akan menjadi ngengat. Adapaun setiap daur/siklus/fase ulat sutra akan mengalami yang namanya masa istirahat atau masa tidur.

5. Proses Pemeliharaaan Ulat Sutra

 Dalam pemeliharaan ulat sutra bisa dibilang mudah-mudah gampang. Karena ada perlakuan khusus dalam hal tempat pemeliharaan atau makanan. Misalnya saja untuk ulat sutra yang kecil maka memerlukan makan sebanyak 3 kali sehari.
Setelah makan maka ulat sutra akan mengalami masa tidur setelah lebih kurang 4 (empat) hari. Pada masa ini, maka jangan lupa untuk menaburi kapur dan pastikan ventilasi udara terbuka.
Ini tujuannya agar udara terus mengalami sirkulasi dengan baik. Setalah masa tidur telah selesai maka ulat sutra akan bangun dan langsung makan daun murbei.


Selasa, 10 April 2018

Adab Makan Dan Minum Nabi Muhammad SAW

1. Makan dan minum diawali dengan basmalah

 Dengan mengucapkan doa akan membuat makanan yang kita makan menjadi berkah, makanan yang berasal dari rezeki yang halal dan dimasukan ke dalam tubuh dengan cara yang baik pula akan membuat badan menjadi ringan untuk beribadah.

 2. Tidak makan secara berlebihan

 Makan yang berlebihan akan membuat tubuh menghasilkan radikal bebas yang siap mengancam kesehatan. Meningkatkan kadar kolesterol dan membuat asam urat menjadi tinggi. Selain itu juga akan mengganggu pencernaan dan bisa mengakibatkan radang lambung.

 3. Tidak meniup makanan

Meniup makanan saat panas sepertinya sudah menjadi kebiasaan yaa, padahal itu bukan adab makan dan minum sesuai sunnah.
     Contohnya orang yang menderita penyakit TBC yang kadang tidak disadari pengidapnya dan akan mudah menular melalui pernafasan. Jika penderita TBC meniup makanannya bisa jadi akan menyebar ke makanan kita.

 4. Mengambil makanan yang terdekat

 Yaa, ini berkaitan dengan kesopanan, tidak jarang ketika menghadiri suatu acara yang kemudian dihidangkan banyak makanan maka lebih baik mengambil makanan yang ada di dekat kita.

 5. Makan dan minum sambil duduk tidak berdiri

 Menurut penelitian membuktikan bahwa di dalam ginjal seperti ada pintunya. Nahh pintu ini adalah penyaringan darah sebelum darah di edarkan ke seluruh tubuh.

6. Makan dengan bersama sama

 Makan bersama akan memudahkan pembagian makanan, jika makanan sedikit tapi dimakan bersama akan saling menyisihka makanan untuk yang belum kenyang, tapi jika makan sendiri sendiri makanan yang sisa bisa jadi terbuang.

7. Tidak mencaci makanan

Pengertian adab makan dan minum menurut sunnah berarti melakukan makan minum sesuai contoh yang diberikan Rosulullah. Yang terakhir kita bahas yaitu tidak mencaci makanan.

Khasiat Buah Mengkudu

1.  Menurunkan demam

Studi menunjukkan bahwa jus Noni memiliki khasiat antivirus dan membantu menyingkirkan batuk, menurunkan demam, dan mengobati badan pegal linu.

2. Mengatasi arthritis

Jika Anda menjalani gaya hidup sehat dan minum jus mengkudu setiap hari, Anda bisa mengurangi rasa sakit yang diakibatkan arthritis hingga seminimal mungkin. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa jus Noni membantu mengurangi rasa sakit dan mengurangi kerusakan sendi yang terkait dengan arthritis karena sifat analgesiknya.
Membungkus daun mengkudu segar di sekitar daerah yang bermasalah juga dikatakan bisa meredakan radang sendi, bengkak dan sakit akibat arthritis.

3. Menurunkan risiko encok

Encok adalah sejenis arthritis yang disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di persendian. Beragam penelitian telah menunjukkan bahwa jus mengkudu dapat mengurangi konsentrasi asam urat dalam darah, sehingga menurunkan risiko encok.

4. Melindungi dari risiko kerusakan akibat stroke

Minum jus mengkudu dapat membantu melindungi Anda dari kerusakan yang bisa ditimbulkan stroke.

5. Meningkatkan kekebalan tubuh

Satu lagi manfaat buah mengkudu untuk kesehatan adalah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kandungan scopoletin yang hadir dalam buah mengkudu memiliki sifat anti-bakteri, anti-inflamasi, antijamur dan anti-histamin yang meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh.
Selain itu, sifat anti-bakteri buah mengkudu menunjukkan khasiat yang cukup ampuh untuk melawan bakteri E. coli (penyebab gangguan pencernaan dan infeksi saluran kencing), Staphylococcus aureus (penyebab infeksi kulit dan tulang, hingga sepsis) dan Proteus vulgaris (penyebab infeksi saluran kencing).

6. Menurunkan kolesterol

Peningkatan kadar kolesterol dalam darah merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Merokok juga bisa menyebabkan kolesterol tinggi akibat dari penumpukan stres oksidatif dalam tubuh.

7. Menurunkan gula darah

Penelitian pada hewan telah menunjukkan hasil yang menjanjikan terhadap manfaat buah mengkudu untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Periset di Universitas Hindia Barat melakukan satu penelitian semacam itu dan menemukan bahwa buah mengkudu memiliki sifat penurun gula darah. Penelitian ini melibatkan pemberian suplemen mengkudu noni atau obat diabetes resep pada tikus diabetes selama 20 hari untuk mempelajari efek gula darah.

8. Mengurangi stres

Menurut ahli nutrisi klinis Byron J. Richards, Jus mengkudu mampu membantu Anda mengatasi stres dan mengurangi dampak stres pada fungsi kognitif otak.

9. Mencegah kanker

Buah mengkudu mengandung beragam antioksidan yang mampu memerangi risiko Anda terhadap kanker. Buah mengkudu telah menunjukkan sifat stimulasi kekebalan tubuh dan bersifat melawan tumor. National Cancer Institute juga telah mendanai penelitian awal tentang manfaat buah untuk pencegahan dan pengobatan kanker payudara.

10. Mengobati iritasi kulit kepala

Dr Reema Arora, dermatologis asal Delhi mengatakan bahwa meski belum banyak literatur medis yang menyelidik manfaat buah mengkudu, para pakar kesehatan sepakat bahwa buah hijau ini mengandung sifat anti-bakteri dan antijamur, dan dengan demikian dapat membantu mengatasi iritasi kulit kepala.

Jumat, 06 April 2018

Bahaya Radiasi Hp

1. Kerusakan Otak
2. Gangguan Tidur
3. Tubuh Mudah Lelah
4. Sakit Kepala Berulang
5. Berpotensi Terserang Alzheimer
6. Merusak Janin
7. Anak Terlalu Hiperaktif
8. Gangguan Telinga
9. Ginjal Rusak
10. Serangan Jantung
11. Depresi Berat
12. Kanker kulit
13. Gangguan Seksual
14. Meningkatkan Tekanan Darah
15. Kanker Payudara
16. Memicu Penyakit Katarak
17. Keseimbangan Tubuh Terganggu
18. Memicu Munculnya Parkinson
19. Hp Bisa Meledak
20. Kerusakan DNA